##

Mojokerto – Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC) kembali menjadi tuan rumah kegiatan ilmiah berskala nasional. Pada Jumat, 24 Juni 2022, telah terselenggara Seminar Nasional Tasawuf bertajuk “Teosofi Transendental dalam Pendidikan Islam: Menyikapi Implikasi Era Post-Truth.” Bertempat di Aula GH IKHAC, kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00 hingga 15.30 WIB dan diikuti lebih dari 250 peserta dari berbagai kalangan.

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sambutan-sambutan disampaikan secara berurutan oleh Pembina IKHAC, Prof. Dr. KH. Asep Syaifuddin Chalim, M.A., Rektor IKHAC Dr. KH. Mauhibur Rokhman, Lc., MIRKH., serta Ketua Panitia.

Sesi utama seminar menghadirkan dua tokoh penting dalam dunia tasawuf dan pendidikan Islam, yakni Syekh Ahmad Muhammad Mabruk, ulama internasional dari Timur Tengah, serta Prof. Dr. KH. Aqil Siroj, M.A., ulama nasional sekaligus tokoh Nahdlatul Ulama. Kedua narasumber memaparkan pentingnya tasawuf sebagai kerangka spiritual yang mampu menjawab krisis nilai dan disorientasi makna yang terjadi di era post-truth.

Dalam diskusi yang hangat dan reflektif, para narasumber menekankan bahwa tasawuf bukan hanya jalan spiritual, tetapi juga kerangka etik dan epistemologis yang relevan untuk menjawab tantangan pendidikan modern. Nilai-nilai tasawuf dianggap mampu membentuk karakter siswa yang lebih bijak, tenang, dan kritis dalam menghadapi derasnya informasi serta polarisasi sosial di era digital.

Seminar juga menghasilkan tiga poin penting sebagai tindak lanjut:

  1. Tasawuf dinilai relevan untuk menjawab krisis eksistensial dan spiritual masyarakat modern.
  2. Diperlukan integrasi nilai-nilai tasawuf dalam sistem pendidikan dan kehidupan digital saat ini.
  3. Perlu dibentuk forum lanjutan untuk penguatan jaringan keilmuan tasawuf antar-perguruan tinggi dan komunitas.

Kegiatan ini mendapat apresiasi tinggi dari peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, lembaga keislaman, dan komunitas tasawuf di seluruh Indonesia. Seminar ditutup dengan doa dan harapan agar IKHAC terus menjadi ruang dialog keilmuan yang produktif dan bermakna bagi pengembangan pendidikan Islam spiritual dan intelektual.


(pgmi)